Kick Off Bank Sampah Kampus, Unhas Teken Dua MoU

Kick Off Bank Sampah Kampus, Unhas Teken Dua MoU

Newsurban

Kick Off Bank Sampah Kampus, Unhas Teken Dua MoU

Newsurban

 Newsurban

1 Februari 2023

Kick Off Bank Sampah Kampus, Unhas Teken Dua MoU

MAKASSAR, NEWSURBAN.ID — Teken nota kerjasama dengan dua lembaga pengelola sampah, Unhas juga melakukan Kick Off Bank Sampah Kampus, di Kampus Unhas Tamalanrea, Kota Makassar, Sulawesi Selatan, Rabu (1/2/2023).

Ini merupakan upaya Unhas dalam mengembangkan studi kebijakan yang mendukung pelaksanaan pencapaian SDGs. Serta mendukung secara akademis pengembangan berbagai indikator, ternyata bukan isapan jempol belaka.

Terbukti dengan akan hadirnya pengelolaan sampah TPS 3R an bank sampah di dalam kampus Unhas Tamalanrea.

Kick Off Pengelolaan sampah tersebut di lakukan secara langsung oleh wakil rektor IV Unhas, Prof. DR. Ir. Adi Maulana di Ex. farm Unhas Fakultas Pertanian kampus Unhas Tamalanrea.

Dalam sambutannya, Prof Adi mengatakan, kegiatan ini sesuai dengan arahan rektor Unhas agar merealisasikan apa yang menjadi tujuan dari perguruan tinggi.

“Apalagi Unhas baru baru ini mendapatkan penghargaan peringkat kedua SDGs dia tas satu tingkat dari Universitas Indonesia,” ujarnya.

Baca Juga: Bangkitkan UMKM, IKA UNHAS, Gelar Business Matching

Prof. Adi juga berharap setiap tujuan dari SDGs diharapkan dapat terintegrasi di kegiatan pengajaran di masing-masing bidang ilmu yang ada di kampus Unhas.

Sementara itu, direktur bank sampah dan TPS 3R kampus Unhas Tamalanrea, Dr.Ir. Irwan Ridwan mengatakan program TPS 3R dan bank sampah ini nantinya akan menjalankan 3 hal.

Pertema, pengelolaan sampah organik dan an organik melalui bank sampah, pengolahan sampah organik dengan teknologi.

Kedua, bank sampah dan TPS 3R ini nantinya bisa menjadi tempat penelitian bagi masiswa S1, S2 dan S3.

Ketiga adalah bank sampah ini nantinya bisa menjadi tempat pembelajaran. Dan rujukan dari semua stakeholder yang ingin belajar tentang pengelolaan sampah yang terintegrasi.

Dalam kegiatan tersebut juga Wakil Rektor IV, Prof. Adi Maulana dan Yayasan Peduli Negeri menandatangani nota kerja sama. Penandanganan ini,disakikan langsung Saharuddin Ridwan dalam hal pendampingan program pengelolaan sampah yang terintegrasi.

Selain dengan yayasan Peduli Negeri, Unhas melalui bank sampah unit kampus juga melakukan penandatanganan kerjasama dengan Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Bank Sampah Pusat Kota Dinas Lingkungan Hidup Kota Makassar.

Usai kick off, Prof. Adi didampingi Shintani Naoyuki (penasihat kebijakan pembangunan Daerah untuk Sulawesi); Perwakilan PP IKA Unhas; Perwakilan dari wali amanat; dan beberapa dekan serta perwakilan dari pusat pengelolaan eco region Sulawesi Maluku mendengarkan penjelasan dari Dr. Irwan tentang flow chart pengelolaan sampah dan jenis sampah yang akan dibeli oleh bank sampah kampus. (*)

Dikutip http://newsurban.id/?amp=1

Unilever gandeng pelapak sampah Makassar

Unilever gandeng pelapak sampah Makassar

kemitraan Unilever indonesia Foundation dan Yayasan peduli negeri menggadeng kerjasama dengan pelapak sampah dalam pengumpulan data plastik telah berjalan sejak 2019 lalu. pendataan ini bertujuan untuk mereduksi sampah plastik yang ada di Kota Makassar terkait program Pemerintah dalam pengurangan peggunaan plastik di Indonesia.

timbang sampah dapat rupiah

timbang sampah dapat rupiah

Bank Sampah Amanah Kel. Kalegowa Kec. Somba Opu

Bank Sampah di Kabupaten Gowa semakin aktif dalam penanganan sampah Rumah Tangga. pemilahan sampah dari rumah tangga/ nasabah terlihat sepele tapi dapat menghasilkan. sampah yang terkelola ada 5 jenis yaitu platik, kertas, logam, kaca dan jelantah.

Adapun hasil timbangan sampah warga dari penjualan sampah disimpan dalam buku rekening bank sampah yang bisa diambil kapanpun. Bagaimanapun, kata dia, ibu-ibu terutama ingin mencari penghasilan alternatif. Jadi tak cukup untuk memberikan penyadaran. Agar partisipasi warga terus bertambah, harusnya tetap di laksanakan sosialisasi ke masyarakat agar sadar pentingnya penanganan sampah dari sumber. ujar jailani (staff Bank sampah Induk Kab. Gowa)

Rahasia Sukses di Puslitbang Unhas

Rahasia Sukses di Puslitbang Unhas

MAKASSARMETRO– Penanganan dan pengelolaan persampahan di Kota Makassar melalui program Bank Sampah oleh Dinas Lingkungan Hidup Daerah (DLHD) Makassar tidak hanya menarik Pemerintah daerah lain, tetapi juga kalangan akademisi.

Direktur Bank Sampah Makassar, Saharuddin Ridwan diundang Pusat Penelitian dan Pengembangan Lingkungan Hidup Universitas Hasanuddin untuk memaparkan rahasia dibalik kesuksesan pengelolaan persampahan di Makassar, Rabu (25/7/2018).

Saharuddin Ridwan yang juga Ketua Asosiasi Bank Sampah Indonesia menyebut ada beberapa hal yang mesti dilakukan pemerintah daerah dalam pelaksanaan bank sampah.

“Yang pertama regulasi atau payung hukum, kelembagaan, pembiayaan, pemberdayaan masyarakat dan pemanfaatan teknologi,” ungkap Saharuddin Ridwan.

Menurut Saharuddin, banyak daerah yang gagal dalam hal pengelolaan lingkingan dikarenakan daerah tersebut melupakan beberapa aspek yang telah disebutkannya tersebut.

“Kita ambil contoh Makassar di mana pemerintah kotanya sudah menyusun regulasi danlembaga pengelolaan sampah dan pelayanannya hingga ke tingkat kelurahan dan kecamatan. Bahkan dalam hal bank sampah, pemerintah kota punya keinginan satu RW satu bank sampah.” jelasnya.

Pemkot Makassar menyiapkan Rp. 3 miliar untuk membeli sampah anorganik dari masyarakat. Sedangkan yang organik dapat dibuat pupuk maupun biogas. Sehingga volume sampah yang masuk ke TPA bisa berkurang.

Sumber : https://makassarmetro.com/2018/07/25/bank-sampah-makassar-beberkan-rahasia-sukses-di-puslitbang-unhas

Saharuddin Ridwan Tak Lelah Mengedukasi Warga tentang Sampah

Saharuddin Ridwan Tak Lelah Mengedukasi Warga tentang Sampah

Saat meyebut nama Saharuddin kepada sejumlah warga di salah satu lorong padat penduduk di Jalan Pelita IV, Makassar, Sulawesi Selatan, jawaban hampir sama keluar dari mulut mereka. “Oh, Pak Sahar yang bank sampah?” atau “Pak Sahar YPN (Yayasan Peduli Negeri)?”

OLEH RENY SRI AYU

Pada hari berbeda, pertanyaan sama ditanyakan kepada pegawai di kantor Kecamatan Tallo, Makassar. Dengan lancar mereka mengatakan, “Sahar yang urus bank sampah.” Padahal, Saharuddin bukan pegawai kecamatan dan hanya kerap datang berbicara tentang sampah dengan camat, pegawai, serta warga.

Berkutat dengan sampah lebih dari tujuh tahun membuat Saharuddin Ridwan mudah dikenali dengan embel-embel  kata bank sampah. Menghabiskan waktu keluar masuk pemukiman, lorong perkampungan bahkan yang paling kumuh, berdiskusi di teras sempit, di pinggir jalan, pinggir kenal, selokan, hingga hotel berbintang, menjadi rutinitas Sahar.

Bertahun-tahun, nyaris tak kenal lelah bapak empat anak ini menghabiskan waktu untuk terus berbagi pengalaman dan mengedukasi warga agar mau memperlakukan sampah dengan bijak. Bagi Sahar, tempat pembuangan akhir (TPA) hanya memindahkan persoalan sampah.

“Kalau TPA penuh, mau dibawa ke mana sampah itu. Persoalan sampah bermula di rumah tangga, karena itu penyelesaiannya sebisa mungkin di mulai di tingkat rumah tangga juga. Karena itu, keluarga yang terlebih dahulu harus bijak memperlakukan sampah. Setengah saja dari produksi sampah yang bisa direduksi, akan berpengaruh signifikan terhadap banyak hal. Misalnya, masalah sulitnya pengangkutan, sosial, kesehatan, lingkungan, bahkan ekonomi,” katanya.

Walau awalnya sulit, setidaknya bank sampah rintisan Sahar mulai berbuah. Jika tahun 2012 nasabah atau rumah tangga yang ikut program bank sampah 1.142 keluarga, pada 2013 menjadi 3.843 nasabah, dan pada 2014 menjadi lebih dari 4.000 nasabah.

Titik bank sampah di tingkat rukun warga (RW), yang semula hanya belasan, kini sudah lebih dari 100 lokasi Reduksi sampah kering atau pun organik juga meningkat dari ratusan kilogram menjadi ratusan ton. Omzet dari penjualan sampah naik dari Rp 70-an juta menjadi Rp 500-an juta per tahun.

Paham dan bijak

Namun, Sahar enggan menyebut fakta tersebut sebagai keberhasilan. “Disebut berhasil kalau semua orang atau setidaknya sebagian besar sudah paham dan bijak mengelola sampah mereka. Soal sampah ini ada indicator mudah yang bisa dilihat, yakni berapa besar dari total produksi sampah yang bisa direduksi dan berapa yang terangkut ke TPA. Kalau setidaknya setengah saja yang direduksi kita mungkin sedikit bisa bersyukur,” katanya.

Ketertarikan Sahar mengurusi sampah bermula saat menjadi jurnalis di salah satu televise swasta. Saat itu, Sahar beserta sejumlah pegiat. Lingkungan mengajak ribuan anggota TNI, Polisi, dan warga bekerja bakti membersihkan Kanal. Di Makassar, sedikitnya ada 14 kilometer kanal yang sudah menjadi tempat sampah.

Dari urusan bersih kanal itu, Sahar mulai berpikir tentang mengedukasi warga membersihkan lingkungan tempat mereka tinggal. Pemikiran ini juga tak lepas saat dia lebih intens melihat kondisi lingkungan di banyak pemukiman.

SAHARUDDIN RIDWAN

Lahir   : Bone, 29 Oktober 1975

Istri     : Rosyita

Anak  :

  • Rizkia Mardhatillah Putri (11)
  • Rizka Maulidia Putri (9)
  • Muhammad Rizki Fakhri (2,5)
  • Muhammad Rizki Fakhir (1,4)

Pendidikan   :

  • SD 150 Sinjai
  • SMP Negeri 3 Sinjai
  • SMA Negeri 1 Sinjai
  • S-1 Falkutas Sastra Unhas
  • S-2 Magister Manajemen Unismuh (semester 3)

Organisasi    :

  • Anggota Saka Kalpataru Pemprov Sulawesi Selatan
  • Pembinaan Forum Kampung Bersih dan Hijau
  • Pengurus Forum Kota Sehat Makassar
  • Makassar Green and Clean (Project Officer)
  • Direktur Eksekutif Yayasan Peduli Negeri

Pekerjaan     :

  • PT Indosiar Visual Mandiri Tbk (2002-2012)
  • Direktur PT Prolintas Indonesia (2013-sekarang)

Selain itu, kondisi minimnya angkutan sampah, dan fakta hanya 60-70 persen sampah yang bisa diangkut ke TPA, menjadi hal yang menyedihkan. Fakta lain adalah daya tampung TPA kian terbatas dan lahan untuk menambah luasan TPA pun kian sulit didapat.

Lalu mulailah dia mengajak sejumlah orang untuk bekerjasama.

“Tanggapan warga beragam. Banyak yang sinis. Ada yang bilang, “Kami tak butuh ceramah, tetapi kai butuh uang.” Ada pula  yang dengan terang-terangan meminta kami berhenti berceramah soal sampah. Tetapi, ini tak membuat saya dan teman-teman berputus asa dan kami mencari banyak cara untuk berkomunikasi,” tutur Sahar.

Dari berbagai penolakan atau tanggapan sinis itu, Sahar akhirnya menemukan sejumlah cara untuk menggugah warga, antara lain soal bahaya sampah bagi kesehatan.

“Banyak yang lebih takut pada bahaya sampah ketimbang peraturan daerah. Dari sini kami mulai mengembangkan cara berkomunikasi dan bersosialisasi agar setidkanya warga bisa paham. Ada yang didatangi sekali bisa paham, tetapi ada yang berkali-kali,”katanya.

Bernilai Ekonomi

Saat warga mulai paham, Sahar mencari cara agar sampah ini juga bernilai ekonomi agar lebih bisa menggugah minat warga mengelola sampah. Itulah yang menjadi cikal bakat terbentuknya bank sampah di Makassar.

Pada akhirnya, jumlah bank sampah terus bertambah. Di setiap RW yang terdapat bank sampah, warga terbiasa mengumpulkan dan memilah sampah. Membuat kompos untuk sampah organik, dan menjual pada pengepul atau pengelola bank sampah untuk sampah non-organik, seperti plastic, kertas, dan bahan lainnya. Uang penjualan sampah kerap tak langsung diambil, tetapi hanya dicatatkan dalam buku, seperti tabungan.

Saat ini, bank sampah di Makassar tak lagi sekadar menukar sampah dengan uang, tetapi sudah menjadi tabungan yang setiap saat bisa diambil. Disejumlah bank sampah, warga bisa menukar sampah dengan beras, kebutuhan pokok, atau diambil saat anak butuh uang sekolah atau ada keperluan mendesak.

“Saya sedang mencoba agar tabungan sampah bisa menjadi pembayaran listrik, air, PBB, atau bahkan iuran BPJS,” kata Sahar.

Sahar tetap berharap pemerintah lebih banyak membantu warga yang sudah mau mengelola sampahnya, seperti menyediakan mesin pencacah sampah di setiap kelurahan. Atau, untuk sampah organic yang sudah diolah, mungkin bisa mendapat bantuan untuk pengemasan dan pemasaran yang lebih luas.

“Bisa juga dibeli dinas pertamanan, atau perusahaan yang membutuhkan. Ketimbang mengadakan mobil pengangkut yang mahal, ada baiknya sebagian dialokasikan untuk hal seperti ini. Setidaknya lingkungan jadi lebih bersih, punya nilai ekonomi, dan yang penting, sampah sudah bisa ditangani di sumbernya,” kata Sahar.

Sumber : https://www.uc.ac.id/library/tak-lelah-mengedukasi-warga-tentang-sampah/