Saat meyebut nama Saharuddin kepada sejumlah warga di salah satu lorong padat penduduk di Jalan Pelita IV, Makassar, Sulawesi Selatan, jawaban hampir sama keluar dari mulut mereka. “Oh, Pak Sahar yang bank sampah?” atau “Pak Sahar YPN (Yayasan Peduli Negeri)?”
OLEH RENY SRI AYU
Pada hari berbeda, pertanyaan sama ditanyakan kepada pegawai di kantor Kecamatan Tallo, Makassar. Dengan lancar mereka mengatakan, “Sahar yang urus bank sampah.” Padahal, Saharuddin bukan pegawai kecamatan dan hanya kerap datang berbicara tentang sampah dengan camat, pegawai, serta warga.
Berkutat dengan sampah lebih dari tujuh tahun membuat Saharuddin Ridwan mudah dikenali dengan embel-embel kata bank sampah. Menghabiskan waktu keluar masuk pemukiman, lorong perkampungan bahkan yang paling kumuh, berdiskusi di teras sempit, di pinggir jalan, pinggir kenal, selokan, hingga hotel berbintang, menjadi rutinitas Sahar.
Bertahun-tahun, nyaris tak kenal lelah bapak empat anak ini menghabiskan waktu untuk terus berbagi pengalaman dan mengedukasi warga agar mau memperlakukan sampah dengan bijak. Bagi Sahar, tempat pembuangan akhir (TPA) hanya memindahkan persoalan sampah.
“Kalau TPA penuh, mau dibawa ke mana sampah itu. Persoalan sampah bermula di rumah tangga, karena itu penyelesaiannya sebisa mungkin di mulai di tingkat rumah tangga juga. Karena itu, keluarga yang terlebih dahulu harus bijak memperlakukan sampah. Setengah saja dari produksi sampah yang bisa direduksi, akan berpengaruh signifikan terhadap banyak hal. Misalnya, masalah sulitnya pengangkutan, sosial, kesehatan, lingkungan, bahkan ekonomi,” katanya.
Walau awalnya sulit, setidaknya bank sampah rintisan Sahar mulai berbuah. Jika tahun 2012 nasabah atau rumah tangga yang ikut program bank sampah 1.142 keluarga, pada 2013 menjadi 3.843 nasabah, dan pada 2014 menjadi lebih dari 4.000 nasabah.
Titik bank sampah di tingkat rukun warga (RW), yang semula hanya belasan, kini sudah lebih dari 100 lokasi Reduksi sampah kering atau pun organik juga meningkat dari ratusan kilogram menjadi ratusan ton. Omzet dari penjualan sampah naik dari Rp 70-an juta menjadi Rp 500-an juta per tahun.
Paham dan bijak
Namun, Sahar enggan menyebut fakta tersebut sebagai keberhasilan. “Disebut berhasil kalau semua orang atau setidaknya sebagian besar sudah paham dan bijak mengelola sampah mereka. Soal sampah ini ada indicator mudah yang bisa dilihat, yakni berapa besar dari total produksi sampah yang bisa direduksi dan berapa yang terangkut ke TPA. Kalau setidaknya setengah saja yang direduksi kita mungkin sedikit bisa bersyukur,” katanya.
Ketertarikan Sahar mengurusi sampah bermula saat menjadi jurnalis di salah satu televise swasta. Saat itu, Sahar beserta sejumlah pegiat. Lingkungan mengajak ribuan anggota TNI, Polisi, dan warga bekerja bakti membersihkan Kanal. Di Makassar, sedikitnya ada 14 kilometer kanal yang sudah menjadi tempat sampah.
Dari urusan bersih kanal itu, Sahar mulai berpikir tentang mengedukasi warga membersihkan lingkungan tempat mereka tinggal. Pemikiran ini juga tak lepas saat dia lebih intens melihat kondisi lingkungan di banyak pemukiman.
SAHARUDDIN RIDWAN
Lahir : Bone, 29 Oktober 1975
Istri : Rosyita
Anak :
Rizkia Mardhatillah Putri (11)
Rizka Maulidia Putri (9)
Muhammad Rizki Fakhri (2,5)
Muhammad Rizki Fakhir (1,4)
Pendidikan :
SD 150 Sinjai
SMP Negeri 3 Sinjai
SMA Negeri 1 Sinjai
S-1 Falkutas Sastra Unhas
S-2 Magister Manajemen Unismuh (semester 3)
Organisasi :
Anggota Saka Kalpataru Pemprov Sulawesi Selatan
Pembinaan Forum Kampung Bersih dan Hijau
Pengurus Forum Kota Sehat Makassar
Makassar Green and Clean (Project Officer)
Direktur Eksekutif Yayasan Peduli Negeri
Pekerjaan :
PT Indosiar Visual Mandiri Tbk (2002-2012)
Direktur PT Prolintas Indonesia (2013-sekarang)
Selain itu, kondisi minimnya angkutan sampah, dan fakta hanya 60-70 persen sampah yang bisa diangkut ke TPA, menjadi hal yang menyedihkan. Fakta lain adalah daya tampung TPA kian terbatas dan lahan untuk menambah luasan TPA pun kian sulit didapat.
Lalu mulailah dia mengajak sejumlah orang untuk bekerjasama.
“Tanggapan warga beragam. Banyak yang sinis. Ada yang bilang, “Kami tak butuh ceramah, tetapi kai butuh uang.” Ada pula yang dengan terang-terangan meminta kami berhenti berceramah soal sampah. Tetapi, ini tak membuat saya dan teman-teman berputus asa dan kami mencari banyak cara untuk berkomunikasi,” tutur Sahar.
Dari berbagai penolakan atau tanggapan sinis itu, Sahar akhirnya menemukan sejumlah cara untuk menggugah warga, antara lain soal bahaya sampah bagi kesehatan.
“Banyak yang lebih takut pada bahaya sampah ketimbang peraturan daerah. Dari sini kami mulai mengembangkan cara berkomunikasi dan bersosialisasi agar setidkanya warga bisa paham. Ada yang didatangi sekali bisa paham, tetapi ada yang berkali-kali,”katanya.
Bernilai Ekonomi
Saat warga mulai paham, Sahar mencari cara agar sampah ini juga bernilai ekonomi agar lebih bisa menggugah minat warga mengelola sampah. Itulah yang menjadi cikal bakat terbentuknya bank sampah di Makassar.
Pada akhirnya, jumlah bank sampah terus bertambah. Di setiap RW yang terdapat bank sampah, warga terbiasa mengumpulkan dan memilah sampah. Membuat kompos untuk sampah organik, dan menjual pada pengepul atau pengelola bank sampah untuk sampah non-organik, seperti plastic, kertas, dan bahan lainnya. Uang penjualan sampah kerap tak langsung diambil, tetapi hanya dicatatkan dalam buku, seperti tabungan.
Saat ini, bank sampah di Makassar tak lagi sekadar menukar sampah dengan uang, tetapi sudah menjadi tabungan yang setiap saat bisa diambil. Disejumlah bank sampah, warga bisa menukar sampah dengan beras, kebutuhan pokok, atau diambil saat anak butuh uang sekolah atau ada keperluan mendesak.
“Saya sedang mencoba agar tabungan sampah bisa menjadi pembayaran listrik, air, PBB, atau bahkan iuran BPJS,” kata Sahar.
Sahar tetap berharap pemerintah lebih banyak membantu warga yang sudah mau mengelola sampahnya, seperti menyediakan mesin pencacah sampah di setiap kelurahan. Atau, untuk sampah organic yang sudah diolah, mungkin bisa mendapat bantuan untuk pengemasan dan pemasaran yang lebih luas.
“Bisa juga dibeli dinas pertamanan, atau perusahaan yang membutuhkan. Ketimbang mengadakan mobil pengangkut yang mahal, ada baiknya sebagian dialokasikan untuk hal seperti ini. Setidaknya lingkungan jadi lebih bersih, punya nilai ekonomi, dan yang penting, sampah sudah bisa ditangani di sumbernya,” kata Sahar.
Sumber : https://www.uc.ac.id/library/tak-lelah-mengedukasi-warga-tentang-sampah/
Ashari Fakhsirie Radjamilo. saat sambutannya mengatakan dengan adanya DPD Asparindo Wilayah sulawesi selatan diharapkan menjadi lebih efisien dan penerapan program – program yang dijalankan oleh DPP Asparindo pusat dan DPD provinsi Sulawesi selatan dalam program daerah lebih cepat terlaksana dengan lancar. Dalam pelantikan yang dilaksanakan pada tanggal 1 Maret 2022 di Sulawesi selatan yang dilaksanakan melalui via daring menggunakan zoom meeting yang dihadiri oleh Ketua Umum Asparindo Bapak Y. Joko Setiyanto, Direktur Eksekutif Asparindo Bapak Suhendro, DPP Asparindo, pusat dan anggota Asparindo seluruh Indonesia.
Transnusi.com Makassar — Demi memberikan pengelolaan pasar yang maju, efisien dan sinergi antar pengelola seluruh Indonesia, Asparindo melantik pengurus DPD wilayah Sulawesi selatan tahun 2022 di Goro Caffe Jln.Yusuf Dg Ngawing kota Makassar Selasa 1 Maret 2022
Dalam pelantikan pengurus DPD Asparindo Wilayah sulawesi selatan di hadiri Gubernur sulawesi selatan yang diwakili dinas prindak porovinsi sulawesi selatan Ashari Fakhsirie Radjamilo. walikota Makassar yang diwakili dinas prindak kota Makassar pimpinan bank BNI kantor wilayah 07 Makassar Hadi Santoso serta seluruh pengurus DPD Asparindo Wilayah sulawesi selatan.bersama Staf bank BNI kantor wilayah 07 Makassar.
BNI mendukung program digital yang dimana BNI sudah membentuk agen 46 regilisasi pasar untuk memudahkan para konsumen dalam melakukan transaksi pembayarang melalui program digital Pihak BNI bersama DPD Asparindo provinsi Sulawesi selatan akan melakukan sosialisasi digital pasar yang dimana para pedagan mudah melakukan transaksi pembayaran misalnya rekening listrik PDAM atau transfer tunai agar pihak pedagan pasar tidak lagi harus ke bank BNI.jelasnya.
BNI juga membantu para pedagang degan modal usaha menengah untuk kesejahteraan para pedagan yang ada di pasar,” tutupnya.
DHEAN.NEWS JAKARTA – Isu kesehatan masih menjadi salah satu tantangan di Indonesia. Diantaranya, adalah isu kesehatan pada anak sebagai generasi penerus yang saat ini mencapai 24% jumlah populasi di Indonesia. Guna mendukung tercapainya peningkatan kesehatan di lingkungan sekolah dan kualitas hidup anak, Unilever hadir melalui Program Sekolah dan Pesantren Sehat yang dijalankan bersama Yayasan Unilever Indonesia. Komitmen ini sejalan dengan Unilever Sustainable Living Plan (USLP) yang salah satu pilarnya memiliki tujuan utama untuk meningkatkan kesehatan dan kebersihan untuk 1 milyar orang di tahun 2020.
Sinta Kaniawati, selaku General Manager Yayasan Unilever Indonesia, menyampaikan “Unilever berkomitmen untuk memberikan edukasi mengenai kesehatan dan kebersihan kepada seluruh anak Indonesia yang turut kami lakukan di sekolah maunpun di pesantren. Kami memiliki target untuk menjangkau 10 juta anak di tahun 2020. Dengan dukungan dan kerja sama dari berbagai pihak yakni pemerintah, LSM lokal, para guru, orang tua, murid dan tentunya konsumen kami yang mendukung berjalannya program ini, kami optimis dapat bersama- sama mewujudkan Indonesia Sehat.” Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 dari Kementerian Kesehatan Indonesia pun menunjukkan beberapa isu kesehatan yang perlu diperhatikan. Prevalensi diare pada balita berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan di tahun 2018 meningkat menjadi 11%, padahal sebelumnya berada di 2.4%. Padahal, penyakit menular seperti diare dapat dicegah dengan melakukan kegiatan sederhana seperti mencuci tangan dengan sabun. Sayangnya, perilaku cuci tangan dengan benar pada penduduk usia 10 tahun ke atas baru mencapai 49,8%. Hal serupa juga terjadi pada perilaku menyikat gigi. Proporsi perilaku menyikat gigi setiap hari sudah mencapai 94.7% akan tetapi perilaku menyikat gigi dengan benar masih tergolong rendah di angka 2.8.1 Hal ini menunjukan bahwa pembiasaan Perilaku Hidup Bersih & Sehat masih penting untuk dilakukan.
Unilever secara konsisten menjalankan Program Sekolah Sehat sejak tahun 2015 guna meningkatkan kesadaran dan pengetahuan para guru dan murid akan pentingnya kebiasaan perilaku hidup bersih dan sehat di sekolah maupun di rumah. Hal ini sejalan dengan program unggulan Kementerian Kesehatan RI yaitu Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS) dan PHBS dan kini juga semakin diperkaya dengan edukasi mengenai program ‘Isi Piringku’ untuk menanggulangi isu masalah gizi. Program ini juga sejalan dengan program Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI yaitu Program Gizi Anak Sekolah (PROGAS) dan pelatihan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) untuk menjaga kesehatan di lingkungan sekolah.
Melalui program Sekolah Sehat, Unilever memberikan edukasi dan pelatihan bagi guru sertapara Dokter Kecil sebagai duta kesehatan di sekolah akan pentingnya PHBS. Edukasi iniditujukan untuk mendorong siswa-siswi agar menerapkan tujuh pembiasaan, yaitu mencucitangan pakai sabun; mengonsumsi makanan beragam, bergizi, seimbang, dan aman;mengonsumsi air minum bebas kuman; menyikat gigi pagi dan malam; memelihara toilet,kamar mandi, dan lantai agar tetap higienis; mengelola sampah; serta memberantas jentiknyamuk. Dalam pelaksanaan program, Unilever bermitra dengan tujuh LSM lokal, yang terdiridari Heartindo, Bina Masyarakat Peduli, Yayasan Emmannuel, Institut for Civil Society Development, Persada, SPEKTRA, dan Yayasan Peduli Negeri.
Di tahun ini, program tersebut mulai merambah ke dunia digital dalam bentuk webinar(seminar digital) untuk menjangkau lebih banyak sekolah. Tidak hanya di sekolah saja, program ini juga diterapkan di pesantren di beberapa kota sebagai salah satu institusi edukasi bagi anak Indonesia. Selain itu, Unilever juga mengajak sekolah untuk berpartisipasi di momen – momen perayaan kesehatan dan kebersihan, seperti World Clean Up Day, Global Handwashing Day, World Toilet Day, salah satunya melalui kompetisi menarik bagi sekolah dan murid-muridnya untuk menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat.
“Kami berharap upaya berkelanjutan ini dapat memberikan dampak positif dan mendukung upaya pemerintah dalam meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat di lingkungan sekolah, khususnya anak-anak Indonesia. Sehingga, tidak saja mereka akan menjadi anak yang sehat jasmani,rohani dan berprestasi ; terlebih lagi mereka yang akan membawa Indonesia yang lebih sehat dan lebih maju.” tutup Sinta
Salah satu peserta ToT sekolah sehat memeragakan cara menyikat gigi yang benar. ToT diadakan oleh Unilever, YPN bekerjasama Disdik Sinjai. (foto: ZAR/sinjaiinfo)
Sinjai.Info, Sinjai Utara, — Plt. Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Sinjai, dr. A. Suryanto Asapa, meminta semua sekolah di Sinjai memperkuat peran dan fungsi Usaha Kesehatan Sekolah (UKS).
Trias UKS, yakni pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan dan pembinaan lingkungan, ungkapnya harus diperkuat dengan berbagai kegiatan salah satunya melalui program Sekolah Sehat.
“Mari kita perkuat lagi Trias UKS. Mudah-mudahan setelah Training of Trainers Sekolah Sehat ini ada penguatan,” pesan Plt Kadis Pendidikan saat membuka kegiatan Training of Trainers Sekolah Sehat, yang diadakan Unilever, Yayasan Peduli Negeri (YPN) bekerja sama Dinas Pendidikan Kabupaten Sinjai, Rabu (24/7/2019) siang.
Pelatihan ini bertempat di Aula Dinas Pendidikan, dan diikuti Kepala UPT Puskesmas dan Guru-Guru SD se-Kabupaten Sinjai.
“Kantin sehat kami harap juga diperkuat karena itu menjadi fokus perhatian pemerintah saat ini. Sehingga kami berharap ada MoU Pemkab dengan YPN untuk program Kantin Sehat,” jelasnya kepada Perwakilan YPN, Zainal Abidin.
Diakhir sambutannya dr. A. Suryanto Asapa, menekankan pentingnya pelibatan perusahaan dengan CSR-nya dalam membangun sekolah sehat karena Pemerintah tidak bisa jalan sendiri.
Pemateri pada kegiatan ini Manager Kesehatan YPN, Ibrahim, dan Promkes Dinas Kesehatan Sinjai, Hj. Rosminah. (Kari)
Wakil Walikota Makassar DR Syamsu Rizal MI, menempelkan tangan pada tempat yang telah disediakan sebagai pertanda pembukaan kegiatan 5 Jagoan Lifebuoy dengan tema Lifesaver Vounteers di SDI Bertingkat Mamajang 4, Sabtu, 5 Desember.(andi saeful)
FAJARONLINE.COM, MAKASSAR — Menanamkan cara hidup bersih sejak dini menjadi salah satu terobosan mewujudkan Makassar Tidak Rantasa (MTR), demikian diungkapkan Wakil Walikota Makassar, DR Syamsu Rizal MI, saat membuka kegiatan 5 Jagoan Lifebuoy dengan tema Lifesaver Vounteers di SDI Bertingkat Mamajang 4, Sabtu, 5 Desember pagi tadi.
“Alhamdulillah, secara bersama, sebuah kegiatan positif digelar hari ini. Menanamkan rasa cinta kebersihan pada anak-anak, karena pada dasarnya membangun Makassar Tidak Rantasa, Makassar yang nyaman bagi semua, tentu membutuhkan peran serta bersama termasuk anak-anak sebagai generasi penerus bangsa,”tutur Deng Ical, sapaan akrab Wakil Walikota Makassar.
Dengan menerapkan kegiatan 5 Jagoan Lifebuoy ini tentu, akan memberikan rasa nyaman bagi anak- anak dalam menimba ilmu, karena dengan lingkungan yang bersih, tentu pikiran menjadi lebih tenang dan fokus. Demikian pula dengan penerapan go green di sekolah menjadikan lingkungan lebih sejuk dan tentu lebih kondusif untuk belajar.
Dalam kesempatan tersebut, Deng Ical juga memberikan motifasi kepada anak murid untuk mengembangkan potensi diri mencapai cita cita.
Sementara itu ketua volunteer Lifebuoy, Rizal menambahkan kegiatan yang digelar selama 4 minggu ini diharapkan mampu menjadikan anak murid terbiasa dan semakin rajin mencuci tangan sebelum melakukan kegiatan, karena kebersihan tangan memberi pengaruh yang signifikan bagi kesehatan tubuh.
“Hampir seluruh Indonesia melakukan kegiatan ini untuk membantu anak-anak menjaga tubuh dan menjadi sehat,” ujarnya.
Turut Hadir Kepala sekolah SD Bertingkat Mamajang 4 St Roslina Patau.(andi saeful)
Wakil Walikota Makassar DR Syamsu Rizal MI, menempelkan tangan pada tempat yang telah disediakan sebagai pertanda pembukaan kegiatan 5 Jagoan Lifebuoy dengan tema Lifesaver Vounteers di SDI Bertingkat Mamajang 4, Sabtu, 5 Desember.
Apresiasi program IHPP 2014 ini merupakan hasil dari pembinaan kader kader posyandu yang dilakukan oleh team pendamping dari Yayasan Peduli Negeri yang bekerja sama dengan Yayasan Unilever Indonesia (YUI) dan juga pemerintah Kota Makassar dalam hal ini Dinas Kesehatan Kota Makassar. Dalam program ini, kader – kader posyandu diajarkan mengenai pentingnya Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Lingkungan Keluarga dan dari hasil pembinaan ini, diharapkan para kader dapat menerapkan dan mengaplikasikan ilmu PHBS yang telah didapat di lingkungan tempat mereka tinggal atau minimal dilingkungan keluarga mereka, sehingga nantinya perilaku hidup bersih ini dapat menjadi kegiatan utama dalam lingkungan itu sendiri.